Sunday 28 August 2011

Ucapan Raya

Esok Rayaaaa....
eheh :p
Mcm nemiak juak x sabar nak raya..
p sekejap jak masa berlalu dah nak raya kta lok...
sedih juak cuz Ramadhan dah berakhir..


Nektok Raisha dah 2 tahun 3 bulan.
Nya dah tauk reti Raya dah..
Kasut raya dah dipake nya Sabtu ya tek..
nak boleh ndak..maok juak make kasut raya mun x diberik nangis nya...
Smua biskut raya ( biskut tunjuklah..hehe..) dah dimakannya..
Asal org nganta biskut nya nang awal merasmi dolok..
Besar dah anak Ummi lok..hehe...
Mcmne ndak kah Raisha esok ari...
Mesti rindok atinya pake baju baru..
:))))


"Selamat Hari Raya Aidilfitri....Maaf Zahir & Batin"





Wednesday 17 August 2011

Memukul Anak

Penah x ktkorg memukul anak...??
Kdg2 geram juak dgn olahan cdaknya..
Kta takut nya gugok or apakah tapi xjuak dgr kata..
Geram jak hati n rasa nk manas jak ow..


Anak ku Raisha ng semakin hari semakin aktif n berolah..
Mcm2 jak dipolahnya..
Tapi nya nang xpande duduk diam lah..
Mulut x henti bekelaka, pasya bertandak & melompat lah nya...hehe...
Rindok juak rasa hati diat nya tapi nya suka melompat atas katil..
Dah berapa kali gugok tp x juak jerak..
Dipadah kta masih juak melompat...Adeh2..


Ariya cdak duak Afif (anak Kakak Iparku) main nasi..
Afif tukang nikam (baling) nasi kat Raisha n Raisha tetak ajak..
Esok ari nya Raisha pun ekot juak nikam nasi...
Aduh2 pening palak..xda cara lain kenak paluk (pukul) juak tangan Raisha akhirnya oleh aku..
Bukan apa aku xmaok nya pateh polah benda2 x bagus cmya..


Kadang2 ku tertanyak2 juak boleh kah paluk nemiak umur 2 tahun..???
Pas aku paluk Raisha mesti ku rasa bersalah jak...
Kecik2 kenak paluk oleh Ummi nya..
Tyme pregnant tok juak nang EMO banyak lah..


Tapi yg bestnya mun Raisha tauk ktk marah nya pasya nya akan padah..
"Sori".... :)) nang dah diajar molah cmya..hehe..
"Ummi pun Sori juak Raisha cuz paluk Raisha......ktk berolah glak." :) 
Cmyalah slalu ku pdh....


So aku carilah info lam internet tok ttg Memukul Anak ( kedong xda keja d opis tok eheh :p )



Menghadapi Kenakalan Anak Berumur Dua Tahun

Soalan: 
Bagaimanakah untuk mendidik anak yang kurang daripada dua tahun agar dia boleh mendengar cakap dan tidak terlalu nakal. Bolehkah saya menggunakan percakapan yang keras bagi membentuknya? Kadang-kadang saya hilang sabar di atas karenah anak saya.
Jefree, Simunjan
Jawapan: 
Masa umur dua tahun adalah masa yang sangat aktif bagi anak-anak, kerana pada usia ini pertumbuhan fizikal dan perkembangan mentalnya sedang meningkat. Fenomena ini pasti dihadapi oleh setiap ibu bapa yang memiliki anak yang normal. Pada usia ini sangatlah tidak wajar bagi ibu bapa menggunakan kata-kata yang kasar dan keras apatah lagi memukulnya. Mereka dalam usia ini sangat sensitif baik perasaan mahupun jasmani mereka.
Rasulullah SAW sangat menyayangi cucu-cucu baginda Hasan dan Husain. Bahkan ketika baginda sedang menjadi imam yang diikuti oleh jemaah Islam, kedua cucu baginda tersebut memanjat tengkuk baginda menyebabkan baginda melamakan waktu sujudnya demi menjaga kedudukan cucunya tersebut. Setelah selesai solat para sahabat bertanya tentang terlalu lamanya baginda sujud, apakah baginda menerima wahyu ketika itu. Rasulullah pun menjelaskan tentang peristiwa yang terjadi.
Pengajaran yang diberikan oleh Rasulullah ini menunjukkan bahawa pada usia kanak-kanak ini, ibu bapa hendaklah mendidik anak-anaknya dengan kasih sayang dan kelembutan. Kalaupun ingin mencegah kesilapan yang mereka lakukan maka cegahlah dengan kelembutan dan kasih sayang pula. Dalam masalah menjalankan perintah agama terhadap anak-anak ini Rasulullah menyatakan dengan tegas. Baginda menyuruh agar umat Islam menyuruh anak-anak yang berumur tujuh tahun mengerjakan solat, namun jika umur 10 tahun tidak mengerjakan solat makan pukullah mereka.
Ertinya keizinan memukul anak dalam pendidikan Rasulullah adalah ketika anak berumur 10 tahun, itupun jika mereka melanggar perintah Allah iaitu meninggal solat. Namun begitu pukulan yang dimaksudkan baginda bukanlah memukul dengan kemarahan tetapi memukul dengan unsur mendidik dan kasih sayang.
Adalah lebih baik ibu bapa menunjukkan akhlak yang mulia di depan anak-anak agar mereka dapat meniru keperibadian yang mulia tersebut. Setelah itu banyakanlah berdoa agar mereka mempunyai hati yang lemah lembut, budi pekerti yang mulai serta menjadi anak yang soleh.




Anak Nakal, Bagaimana Mengatasinya?

Beberapa Contoh Cara Mendidik Anak yang Nakal

Beberapa contoh cara mendidik anak yang nakal
Syariat Islam yang agung mengajarkan kepada umatnya beberapa cara pendidikan bagi anak yang bisa ditempuh untuk meluruskan penyimpangan akhlaknya. Di antara cara-cara tersebut adalah:
Pertama, teguran dan nasihat yang baik
Ini termasuk metode pendidikan yang sangat baik dan bermanfaat untuk meluruskan kesalahan anak. Metode ini sering dipraktikkan langsung oleh pendidik terbesar bagi umat ini, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, misalnya ketika beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat seorang anak kecil yang ketika sedang makan menjulurkan tangannya ke berbagai sisi nampan makanan, maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai anak kecil, sebutlah nama Allah (sebelum makan), dan makanlah dengan tangan kananmu, serta makanlah (makanan) yang ada di hadapanmu.[1]
Serta dalam hadits yang terkenal, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada anak paman beliau, Abdullah bin ‘Abbasradhiallahu ‘anhuma, “Wahai anak kecil, sesungguhnya aku ingin mengajarkan beberapa kalimat (nasihat) kepadamu: jagalah (batasan-batasan/ syariat) Allah maka Dia akan menjagamu, jagalah (batasan-batasan/ syariat) Allah maka kamu akan mendapati-Nya dihadapanmu.”[2]
Kedua, menggantung tongkat atau alat pemukul lainnya di dinding rumah
Ini bertujuan untuk mendidik anak-anak agar mereka takut melakukan hal-hal yang tercela.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan ini dalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Gantungkanlah cambuk (alat pemukul) di tempat yang terlihat oleh penghuni rumah, karena itu merupakan pendidikan bagi mereka.”[3]
Bukanlah maksud hadits ini agar orangtua sering memukul anggota keluarganya, tapi maksudnya adalah sekadar membuat anggota keluarga takut terhadap ancaman tersebut, sehingga mereka meninggalkan perbuatan buruk dan tercela.[4]
Imam Ibnul Anbari berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memaksudkan dengan perintah untuk menggantungkan cambuk (alat pemukul) untuk memukul, karena beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memerintahkan hal itu kepada seorang pun. Akan tetapi, yang beliau maksud adalah agar hal itu menjadi pendidikan bagi mereka.”[5]
Masih banyak cara pendidikan bagi anak yang dicontohkan dalam sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu[6] menyebutkan beberapa di antaranya, seperti: menampakkan muka masam untuk menunjukkan ketidaksukaan, mencela atau menegur dengan suara keras, berpaling atau tidak menegur dalam jangka waktu tertentu, memberi hukuman ringan yang tidak melanggar syariat, dan lain-lain.
Bolehkah memukul anak yang nakal untuk mendidiknya?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perintahkanlah kepada anak-anakmu untuk (melaksanakan) shalat (lima waktu) sewaktu mereka berumur tujuh tahun, pukullah mereka karena (meninggalkan) shalat (lima waktu) jika mereka (telah) berumur sepuluh tahun, serta pisahkanlah tempat tidur mereka.[7]
Hadits ini menunjukkan bolehnya memukul anak untuk mendidik mereka jika mereka melakukan perbuatan yang melanggar syariat, jika anak tersebut telah mencapai usia yang memungkinkannya bisa menerima pukulan dan mengambil pelajaran darinya –dan ini biasanya di usia sepuluh tahun. Dengan syarat, pukulan tersebut tidak terlalu keras dan tidak pada wajah.[8]
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin ketika ditanya, “Bolehkah menghukum anak yang melakukan kesalahan dengan memukulnya atau meletakkan sesuatu yang pahit atau pedis di mulutnya, seperti cabai/ lombok?”, beliau menjawab, “Adapun mendidik (menghukum) anak dengan memukulnya, maka ini diperbolehkan (dalam agama Islam) jika anak tersebut telah mencapai usia yang memungkinkannya untuk mengambil pelajaran dari pukulan tersebut, dan ini biasanya di usia sepuluh tahun.
Adapun memberikan sesuatu yang pedis (di mulutnya) maka ini tidak boleh, karena ini bisa jadi mempengaruhinya (mencelakakannya)…. Berbeda dengan pukulan yang dilakukan pada badan maka ini tidak mengapa (dilakukan) jika anak tersebut bisa mengambil pelajaran darinya, dan (tentu saja) pukulan tersebut tidak terlalu keras.
Untuk anak yang berusia kurang dari sepuluh tahun, hendaknya dilihat (kondisinya), karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamhanya membolehkan untuk memukul anak (berusia) sepuluh tahun karena meninggalkan shalat. Maka, yang berumur kurang dari sepuluh tahun hendaknya dilihat (kondisinya). Terkadang, seorang anak kecil yang belum mencapai usia sepuluh tahun memiliki pemahaman (yang baik), kecerdasan dan tubuh yang besar (kuat) sehingga bisa menerima pukulan, celaan, dan pelajaran darinya (maka anak seperti ini boleh dipukul), dan terkadang ada anak kecil yang tidak seperti itu (maka anak seperti ini tidak boleh dipukul).”[9]
Cara-cara menghukum anak yang tidak dibenarkan dalam Islam[10]
Di antara cara tersebut adalah:
1. Memukul wajah
Ini dilarang oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda beliau, yang artinya, “Jika salah seorang dari kalian memukul,maka hendaknya dia menjauhi (memukul) wajah.”[11]
2. Memukul yang terlalu keras sehingga berbekas
Ini juga dilarang oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits yang shahih.[12]
3. Memukul dalam keadaan sangat marah
Ini juga dilarang karena dikhawatirkan lepas kontrol sehingga memukul secara berlebihan.
Dari Abu Mas’ud al-Badri, dia berkata, “(Suatu hari) aku memukul budakku (yang masih kecil) dengan cemeti, maka aku mendengar suara (teguran) dari belakangku, ‘Ketahuilah, wahai Abu Mas’ud!’ Akan tetapi, aku tidak mengenali suara tersebut karena kemarahan (yang sangat). Ketika pemilik suara itu mendekat dariku, maka ternyata dia adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan beliau yang berkata, ‘Ketahuilah, wahai Abu Mas’ud! Ketahuilah, wahai Abu Mas’ud!’ Maka aku pun melempar cemeti dari tanganku, kemudian beliau bersabda, ‘Ketahuilah, wahai Abu Mas’ud! Sesungguhnya Allah lebih mampu untuk (menyiksa) kamu daripada kamu terhadap budak ini,’ maka aku pun berkata, ‘Aku tidak akan memukul budak selamanya setelah (hari) ini.‘”[13]
4. Bersikap terlalu keras dan kasar
Sikap ini jelas bertentangan dengan sifat lemah lembut yang merupakan sebab datangnya kebaikan, sebagaimana sabda Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa yang terhalang dari (sifat) lemah lembut, maka (sungguh) dia akan terhalang dari (mendapat) kebaikan.”[14]
5. Menampakkan kemarahan yang sangat
Ini juga dilarang karena bertentangan dengan petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Bukanlah orang yang kuat itu (diukur) dengan (kekuatan) bergulat (berkelahi),  tetapi orang yang kuat adalah yang mampu menahan dirinya ketika marah.[15]


Kota Kendari, 9 Dzulhijjah 1431 H,
Penulis: Ustadz Abdullah bin Taslim, M.A